Bersepeda PP dari Timur ke Barat di Pulau Pari, Kep. Seribu

Hai Sobat Pejalan Akhir Pekan,

Kembali lagi nih ada satu cerita seru dari perjalanan akhir pekanku kemarin di Pulau Pari, Kep. Seribu. Perjalanan ini terjadi karena memenuhi undangan dari suatu divisi di kantor hehe J Meskipun ada unsur dinas kerja tapi tidak mengurangi unsur hepi-hepinya dong.. Oke, aku mulai saja yaa ceritanya.

Flashback ke tahun 2012 ya, sebenarnya aku sudah pernah ke Pulau Pari. Waktu itu perginya bareng teman yang suka jalan-jalan juga untuk merayakan Tahun Baru dan saat itu lagi musim hujan. Dulu naik perahu nelayan dari Pelabuhan Muara Angke dan duduk berdempetan dengan penumpang lainnya di dalam kapal itu. Kapal baru berlayar kalau penumpangnya sudah agak banyakan dikit.  *ini riskan sih sebenarnya apalagi dengan adanya berita kapal tenggelam karena kelebihan beban penumpang.

Nah, balik ke tahun 2019, awal bulan Maret kemarin aku ke Pulau Pari untuk kedua kalinya. Bedanya adalah aku berangkat dari Marina Ancol naik speedboat untuk pertama kalinya. Mevvah Sob! Hehehe.. Waktu perjalanan menggunakan speedboat kurang lebih selama 45 menit dan duduknya gak berdempetan dengan penumpang lain. Tempat duduknya enak sob! Di kursi empuk gitu yang dibagian belakang kursi ada nomornya. Jendelanya juga tinggi, jadi gak bakal melihat air laut dan ombak yang bergoyang-goyang hingga membuat penumpang mabuk. Oh ya, kalian juga bisa memilih duduk di bagian atas speedboat ya. Pas mau masuk kapal baris paling depan saja, biar dapat duduk soalnya area atas juga banyak peminatnya.

Selama perjalanan dari Marina Ancol, speedboat akan berhenti 1x di Pulau Untung Jawa untuk menurunkan / menaikkan penumpang lalu lanjut ke perhentian terakhir, Pulau Pari, Kep. Seribu.

Jpeg
Selamat Datang di Pulau Pari!

Setibanya di Pulau Pari, kami disambut pengurus homestay dan diberi Welcome Drink yaitu buah kelapa di rumah no. 1. Total rumah yang digunakan untuk lokasi homestay ada 8 buah. Begitu aku tiba di homestay, aku cukup terpukau dengan fasilitas di dalamnya. Terlihat biasa tapi buatku yang pernah main ke Pulau Pari, fasilitas ini begitu mewah karena ada AC, listrik nyala 24 jam dan air bersih, Sob! Dulu listrik masih terbatas dan tidur tanpa AC. Pulau Pari sekarang berkembang jauh lebih baik. Mantap Jiwa!

Di setiap homestay juga disiapkan sepeda dengan keranjang di bagian depan juga bel di sisi kanan stang. Kring! Kring!

Jpeg

Dengan menggunakan sepeda, aku bisa leluasa mengelilingi pulau yang terlihat kecil dari jauh namun ternyata panjang ketika menyusurinya. Menariknya, di tiap sisi Timur dan Barat pulau ini memiliki keunikan tersendiri.

Bagian Timur Pulau Pari

Dari homestay, aku mengayuh sepeda mengikuti jalur yang sudah terbentuk hingga menemukan papan biru berbentuk ikan dengan tulisan merah ‘Pantai Perawan Pulau Pari’. Sebelum masuk ke area pantai, pengunjung akan melewati sebuah gerbang yang terbuat dari bambu dan atap rumbai-rumbai dengan tulisan ‘SELAMAT DATANG DI PANTAI PASIR PERAWAN, PULAU PARI’ plus hiasan Burung Garuda sebagai Pancasila Negara Indonesia.

Jpeg

Iya, betul sekali! Di bagian timur Pulau Pari ada Pantai Pasir Perawan yang memiliki lapangan pasir putih luas dengan beberapa saung untuk duduk-duduk, hamparan air laut dan pemandangan hutan bakau yang membuat adem mata. Sepeda tidak boleh masuk ke kawasan ini! Untuk sepeda bisa kamu parkirkan di bagian luar pantai ini dan tiap pengunjung wajib membayar biaya retribusi sebesar Rp 5000,-. Aku sempat mengobrol dengan penduduk pulau ini, katanya uang retribusi yang terkumpul itu digunakan untuk membangun fasilitas di dalam area Pantai Perawan loh. Hebat yaa! Jadi, bila teman-teman ada yang berkunjung ke Pantai Perawan ini, yuk berkontribusi dengan membayar uang retribusi dan menjaga kebersihan pantai.

P_20190302_102905_HDR

Jpeg
Ayunan di sebrang pantai Pasir Perawan selalu ramai oleh pengunjung loh.

Di Pantai Perawan ini, pengunjung bisa bermain voli, berenang, bermain ayunan sambil memasrahkan diri lompat ke air, menyusuri kawasan hutan bakau dengan menyewa kapal nelayan seharga Rp 15.000,- per orang atau berjalan ke kawasan hutan bakau di kala air laut surut. Yang aku lakukan adalah menyusuri hutan bakau dengan kapal nelayan dan berjalan kaki. Pengalaman yang cukup menyenangkan loh, Sob! Saat menyusuri hutan bakau, ada satu momen dimana aku merasa sedang menyusuri hutan Kalimantan yang disisi kanan kiri adalah pohon (aku belum pernah susur hutan Kalimantan sih tapi kalau lihat di TV, kurang lebih seperti itu). Ada perasaan takjub, takut dan mencekam terutama saat melewati terowongan hutan bakau (gak ada fotonya). Tapi gak kalah seru ketika menyusuri hutan bakau di saat air laut sedang surut, Sob! Kita bisa berjalan dari bibir pantai hingga ke tengah pantai dimana terdapat undakan-undakan pasir dan tanaman hutan bakau yang masih remaja atau yang sudah besar.

Tanaman bakau yang masih remaja
Jagalah hutan bakau Indonesia!

Jpeg

Jpeg

Setelah puas menikmati Pantai Pasir Perawan saat air laut surut, aku melanjutkan perjalanan ke sisi barat Pulau Pari untuk menikmati matahari terbenam.

Bagian Barat Pulau Pari

Dari Timur ke Barat, aku mengayuh sepeda menyusuri jalan setapak yang hanya bisa dilewati dua sepeda berlawanan arah. Saat menuju bagian barat Pulau Pari ini akan ditemukan sisi kanan kiri adalah pepohonan, yang kalau menjelang malam terlihat mengerikan karena tidak ada lampu penerangan disekitarnya.

Di bagian barat Pulau Pari ini banyak sekali ditemukan bintang laut. Yap! Oleh karena itu, nama pantai ini adalah Pantai Bintang Laut. Sama halnya dengan Pantai Pasir Perawan, sepeda tidak diperbolehkan masuk ke kawasan pantai dan biaya retribusi tiap pengunjung sebesar Rp 2.500,-

Di kawasan pantai Bintang Laut ini ada jaring hammock yang digantung antar pepohonan sehingga pengunjung bisa tidur-tiduran, kursi kayu dan lokasi untuk foto-foto. Semua fasilitas ini berasal dari biaya retribusi pengunjung tadi. Hebat ya! Itu berarti warga pulau Pari menyadari mereka punya potensi alam yang menarik dan mereka menyediakan fasilitas untuk pengunjung.

Jika kita berjalan menuju tengah pantai akan terlihat beberapa bintang laut yang sedang berendam di dalam pasir atau bahkan kerumunan bintang laut yang sedang berkumpul.

Jpeg
Bintang laut sedang arisan keluarga.

Selain itu, bagian barat pulau ini sering dijadikan lokasi menikmati matahari terbenam atau sunset. Sayang ketika aku kesana, mataharinya tertutup pepohonan.

Jpeg

Oke, sekian cerita perjalanan dinasku yang menyenangkan Sob! Kalau ingin kesini, para sobat bisa menggunakan jasa travel agent biar dapat paket lengkapnya. Butuh tempat berlibur yang tidak jauh dari Jakarta? Pulau Pari, Kep. Seribu jawabannya. (Cecil)

Leave a comment